Rabu, 03 Oktober 2012

makala ergonomi



BAB  I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Perkembangan teknologi saat ini begitu pesatnya, sehingga peralatan sudah menjadi kebutuhan pokok pada berbagai lapangan pekerjaan. Artinya peralatan dan teknologi merupakan penunjang yang penting dalam upaya meningkatkan produktivitas untuk berbagai jenis pekerjaan. Disamping itu disisi lain akan terjadi dampak negatifnya, bila kita kurang waspada menghadapi bahaya potensial yang mungkin timbul
Hal ini tidak akan terjadi jika dapat diantisipasi pelbagai risiko yang mempengaruhi kehidupan para pekerja. berbagai risiko tersebut adalah kemungkinan terjadinya Penyakit Akibat Kerja, Penyakit yang berhubungan dengan pekerjaan dan Kecelakaan Akibat Kerja yang dapat menyebabkan kecacatan atau kematian. Antisipasi ini harus dilakukan oleh semua pihak dengan cara penyesuaian antara pekerja, proses kerja dan lingkungan kerja. Pendekatan ini dikenal sebagai pendekatan ergonomik.

B.     Rumusan Masalah
Permasalahan yang berkaitan dengan faktor ergonomi umumnya disebabkan oleh adanya ketidaksesuaian antara pekerja dan lingkungan kerja secara menyeluruh termasuk peralatan kerja. Maksud dan tujuan ergonomi diarahkan pada upaya memperbaiki performance kerja manusia dan mampu memperbaiki pendayagunaan SDM serta meminimalisir kerusakan alat atau peralatan yang disebabkan oleh kesalahan manusia (Human Error). Sedangkan pendekatan khusus ergonomi merupakan aplikasi sistematis dari segala informasi yang relevan berkaitan dengan karakteristik dan perilaku manusia dalam perencanaan peralatan, fasilitas dan lingkungan kerja yang dipakai


C.    Tujuan
1.      Tujuan Umum
Tujuan Umum dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui tentang Ergonomi di Tempat Kerja.
2.      Tujuan Khusus
a.       Untuk mengetahui defenisi Ergonomi.
b.      Untuk mengetahui tujuan dan ruang lingkup Ergonomi.
c.       Untuk mengetahui metode-metode Ergonomi.
d.      Untuk mengetahui penyakit-penyakit di tempat kerja yang berkaitan dengan ergonomi.
e.       Untuk mengetahui aplikasi ergonomi untuk perancangan tempat kerja.

D.    Metode Penulisan
Adapun metode penulisan makalah ini adalah kami menggunakan metode study pustaka sebagai karena dalam sumber pembuatan makalah ini kami menggunakan referensi buku-buku teks yang kami pakai ada buku  ERGONOMI dan juga kami mengunakan inernet sebagai sarana penambah bahan materi dari makala ini.
.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A.    Definisi Ergonomi
Ergonomi yaitu ilmu yang mempelajari perilaku manusia dalam kaitannya dengan pekerjaan mereka. Sasaran penelitian ergonomi ialah manusia pada saat bekerja dalam lingkungan. Secara singkat dapat dikatakan bahwa ergonomi ialah penyesuaian tugas pekerjaan dengan kondisi tubuh manusia ialah untuk menurunkan stress yang akan dihadapi. Upayanya antara lain berupa menyesuaikan ukuran tempat kerja dengan dimensi tubuh agar tidak melelahkan, pengaturan suhu, cahaya dan kelembaban bertujuan agar sesuai dengan kebutuhan tubuh manusia.
Ada beberapa definisi menyatakan bahwa ergonomi ditujukan untuk “fitting the job to the worker”, sementara itu ILO antara lain menyatakan, sebagai ilmu terapan biologi manusia dan hubungannya dengan ilmu teknik bagi pekerja dan lingkungan kerjanya, agar mendapatkan kepuasan kerja yang maksimal selain meningkatkan produktivitasnya”.
B.     SEJARAH ERGONOMI

Pada zaman dahulu ketika masih hidup dalam lingkungan alam asli, kehidupan manusia sangat tergantung pada kegiatan tanganya.Alat-alat, perlengkapan-perlengkapan, atau rumah-rumah sederhana, dibuat hanya sekedar untuk mengurangi ganasnya alama pada saat itu.
Perubahan waktu, walaupun secara perlahan-lahan, telah merubah manusia dari keadaan primitif menjadi manusia yang berbudaya.Kejadian ini antara lain terlihat pada perubahan rancangan peralatan-peralatan yang dipakai, yaitu mulai dari batu yang tidak berbentuk menjadi batu yang mulai berbentuk dengan meruncingkan beberapa bagian dari batu tersebut.
Perubahan pada alat sederhana ini, menunjukkan bahwa manusia telah sejak awal kebudayaannya berusaha memperbaiki alat-alat yang dipakainya untuk memudahkan pemakaiannya.Hal ini terlihat lagi pada alat-alat batu runcing yang bagian atasnya dipahat bulat tepat sebesar genggaman sehingga lebih memudahkan dan menggerakan pemakaiannya.
Banyak lagi perbuatan-perbuatan manusia yang serupa dengan itu dari abad ke abad.
Namun hal tersebut berlangsung secara apa adanya, tidak teratur dan tidak terarah, bahkan kadang-kadang secara kebetulan.Baru diabad ke-20 ini orang mulai mensistemasikan cara-cara perabaikan tersebut dan secara khusus mengembangkannnya.
Usaha-usaha ini berkembang terus dan sekarang dikenal sebagai salah satu cabang ilmu yang disebut " Ergonomi".Ergonomi ialah suatu cabang ilmu yang sistematis untuk memanfaatkan informasi-informasi mengenal sifat, kemampuan dan keterbatasan manusia untuk merancang suatu sistem kerja sehingga orang dapat hidup dan bekerja pada sistem itu dengan baik, yaitu mencapai tujuan yang diinginkan melalui pekerjaan itu, dengan efektif, aman dan nyaman.
C.    Tujuan, Manfaat, dan Ruang Lingkup Ergonomi
Pelaksanaan dan penerapan ergonomi di tempat kerja dimulai dari yang sederhana dan pada tingkat individual terlebih dahulu. Rancangan yang ergonomis akan dapat meningkatkan efisiensi, efektifitas dan produktivitas kerja, serta dapat menciptakan sistem serta lingkungan kerja yang cocok, aman, nyaman dan sehat.
 Adapun tujuan penerapan ergonomi adalah sebagai berikut :
1.      Meningkatkan kesejahteraan fisik dan mental, dengan meniadakan beban kerja tambahan (fisik dan mental), mencegah penyakit akibat kerja, dan meningkatkan kepuasan kerja.
2.      Meningkatkan kesejahteraan sosial dengan jalan meningkatkan kualitas kontak sesama pekerja, pengorganisasian yang lebih baik dan menghidupkan sistem kebersamaan dalam tempat kerja.
3.      Berkontribusi di dalam keseimbangan rasional antara aspek-aspek teknik, ekonomi, antropologi dan budaya dari sistem manusia-mesin untuk tujuan meningkatkan efisiensi sistem manusia-mesin.


Manfaat pelaksanaan ergonomi adalah sebagai berikut:
1.      Menurunnya angka kesakitan akibat kerja.
2.       Menurunnya kecelakaan kerja
3.      Biaya pengobatan dan kompensasi berkurang.
4.      Stress akibat kerja berkurang.
5.      Produktivitas membaik.
6.      Alur kerja bertambah baik.
7.      Rasa aman karena bebas dari gangguan cedera.
8.      Kepuasan kerja meningkat.

Ruang lingkup ergonomi sangat luas aspeknya, antara lain meliputi :
Tehnik:
1.      Fisik
2.      Pengalaman psikis
3.      Anatomi, utamanya yang berhubungan dengan kekuatan dan gerakan otot dan persendian
4.      Anthropometri
5.      Sosiologi
6.      Fisiologi, terutama berhubungan dengan temperatur tubuh, Oxygen up take, pols, dan aktivitas otot.
7.      Desain, dll.
D.    Metode-metode Ergonomi
1.      Diagnosis
Dapat dilakukan melalui wawancara dengan pekerja, inspeksi tempat kerja penilaian fisik pekerja, uji pencahayaan, ergonomik checklist dan pengukuran lingkungan kerja lainnya. Variasinya akan sangat luas mulai dari yang sederhana sampai kompleks.
2.      Treatment
Pemecahan masalah ergonomi akan tergantung data dasar pada saat diagnosis. Kadang sangat sederhana seperti merubah posisi meubel, letak pencahayaan atau jendela yang sesuai. Membeli furniture sesuai dengan demensi fisik pekerja.
3.      Follow-up
Dengan evaluasi yang subyektif atau obyektif, subyektif misalnya dengan menanyakan kenyamanan, bagian badan yang sakit, nyeri bahu dan siku, keletihan, sakit kepala dan lain-lain. Secara obyektif misalnya dengan parameter produk yang ditolak, absensi sakit, angka kecelakaan dan lain-lain.
Aplikasi/penerapan Ergonomik:
1.      Posisi Kerja
Terdiri dari posisi duduk dan posisi berdiri, posisi duduk dimana kaki tidak terbebani dengan berat tubuh dan posisi stabil selama bekerja. Sedangkan posisi berdiri dimana posisi tulang belakang vertikal dan berat badan tertumpu secara seimbang pada dua kaki.
2.      Proses Kerja
Para pekerja dapat menjangkau peralatan kerja sesuai dengan posisi waktu bekerja dan sesuai dengan ukuran anthropometrinya. Harus dibedakan ukuran anthropometri barat dan timur.
3.      Tata Letak Tempat Kerja
Display harus jelas terlihat pada waktu melakukan aktivitas kerja. Sedangkan simbol yang berlaku secara internasional lebih banyak digunakan daripada kata-kata.
4.      Mengangkat beban
Bermacam-macam cara dalam mengangkat beban yakni, dengan kepala, bahu, tangan, punggung, dll. Beban yang terlalu berat dapat menimbulkan cedera tulang punggung, jaringan otot dan persendian akibat gerakan yang berlebihan.

E.     Penyakit-penyakit di Tempat Kerja yang Berkaitan dengan Ergonomi
Semua pekerja secara kontinyu harus mendapat supervisi medis teratur. Supervisi medis yang biasanya dilakukan terhadap pekerja antara lain :
1.      Pemeriksaan sebelum bekerja Bertujuan untuk menyesuaikan dengan beban kerjanya.
2.      Pemeriksaan berkala Bertujuan untuk memastikan pekerja sesuai dengan pekerjaannya dan mendeteksi bila ada kelainan.
3.      Nasehat
Harus diberikan tentang hygiene dan kesehatan, khususnya pada wanita muda dan yang sudah berumur.
Setelah pekerja melakukan pekerjaannya maka umumnya terjadi kelelahan, dalam hal ini kita harus waspada dan harus kita bedakan jenis kelelahannya, beberapa ahli membedakan / membaginya sebagai berikut :
1.      Kelelahan fisik
2.      Kelelahan fisik akibat kerja yang berlebihan, dimana masih dapat dikompensasi dan diperbaiki performansnya seperti semula. Kalau tidak terlalu berat kelelahan ini bisa hilang setelah istirahat dan tidur yang cukup.
3.      Kelelahan yang patologis
Kelelahan ini tergabung dengan penyakit yang diderita, biasanya muncul tiba-tiba dan berat gejalanya.
4.      Psikologis dan emotional fatique
Kelelahan ini adalah bentuk yang umum. Kemungkinan merupakan sejenis “mekanisme melarikan diri dari kenyataan” pada penderita psikosomatik. Semangat yang baik dan motivasi kerja akan mengurangi angka kejadiannya di tempat kerja.
Upaya kesehatan kerja dalam mengatasi kelelahan, meskipun seseorang mempunyai batas ketahanan, akan tetapi beberapa hal di bawah ini akan mengurangi kelelahan yang tidak seharusnya terjadi :
a.       Lingkungan harus bersih dari zat-zat kimia. Pencahayaan dan ventilasi harus memadai dan tidak ada gangguan bising.
b.      Jam kerja sehari diberikan waktu istirahat sejenak dan istirahat yang cukup saat makan siang.
c.       Kesehatan pekerja harus tetap dimonitor.
d.      Tempo kegiatan tidak harus terus menerus.
e.       Waktu perjalanan dari dan ke tempat kerja harus sesingkat mungkin, kalau memungkinkan.
f.       Secara aktif mengidentifikasi sejumlah pekerja dalam peningkatan semangat kerja.
g.      Fasilitas rekreasi dan istirahat harus disediakan di tempat kerja.
h.      Waktu untuk liburan harus diberikan pada semua pekerja
i.        Kelompok pekerja yang rentan harus lebih diawasi misalnya;
 Pekerja remaja
 Wanita hamil dan menyusui
 Pekerja yang telah berumur
 Pekerja shift
 Migrant.

j.        Para pekerja yang mempunyai kebiasaan pada alkohol dan zat stimulan atau zat addiktif lainnya perlu diawasi.
Pemeriksaan kelelahan :
Tes kelelahan tidak sederhana, biasanya tes yang dilakukan seperti tes pada kelopak mata dan kecepatan reflek jari dan mata serta kecepatan mendeteksi sinyal, atau pemeriksaan pada serabut otot secara elektrik dan sebagainya.
Persoalan yang terpenting adalah kelelahan yang terjadi apakah ada hubungannya dengan masalah ergonomi, karena mungkin saja masalah ergonomi akan mempercepat terjadinya kelelahan.

F.     Aplikasi Ergonomi untuk Perancangan Tempat Kerja
Pelatihan bidang ergonomi sangat penting, sebab ahli ergonomi umumnya berlatar belakang pendidikan tehnik, psikologi, fisiologi atau dokter, meskipun ada juga yang dasar keilmuannya tentang desain, manajer dan lain-lain. Akan tetapi semuanya ditujukan pada aspek proses kerja dan lingkungan kerja.

G.    ASPEK PSIKOLOGIS ERGONOMI
Dengan penerapan prinsip ergonomi di atas diharapkan dapat mengurangi tingkat stress yang diakibatkan karena kelelahan ketika melakukan perjalanan jauh pada pengguna kendaraan beroda empat. Selain itu, dengan berkurangnya tingkat stress maka unsur keamanan dan keselamatan pun akan lebih meningkat.
Memahami prinsip ergonomi akan mempermudah evaluasi setiap tugas atau pekerjaan meskipun ilmu pengetahuan dalam ergonomi terus mengalami kemajuan dan teknologi yang digunakan dalam pekerjaan tersebut terus berubah. Prinsip ergonomi adalah pedoman dalam menerapkan ergonomi di tempat kerja. Menurut Baiduri dalam diktat kuliah ergonomi terdapat 12 prinsip ergonomi, yaitu sebagai berikut:
  • Bekerja dalam posisi atau postur normal.
  • Mengurangi beban berlebihan.
  • Menempatkan peralatan agar selalu berada dalam jangkauan.
  • Bekerja sesuai dengan ketinggian dimensi tubuh.
  • Mengurangi gerakan berulang dan berlebihan.
  • Minimalisasi gerakan statis.
  • Minimalisasikan titik beban.
  • Mencakup jarak ruang.
  • Menciptakan lingkungan kerja yang nyaman.
  • Melakukan gerakan, olah raga, dan peregangan saat bekerja.
  • Membuat agar display dan contoh mudah dimengerti.

H.    CONTOH APLIKASI ERGONOMI
Mengendarai mobil dengan jarak tempuh yang cukup jauh sangat melelahkan bagi pengemudi. Hal tersebut wajar terjadi pada setiap orang karena banyaknya gerakan yang harus dilakukan saat mengemudi. Apalagi jenis gerakan yang dilakukan sifatnya monoton sehingga menimbulkan kebosanan. Apabila keadaan semacam ini berlangsung cukup lama maka akan menimbulkan rasa hambar, lelah dan puncaknya adalah rasa ngantuk. Meskipun sesungguhnya secara psikologis rasa lelah bersifat melindungi, sama seperti rasa lapar. Timbulnya rasa lelah berarti memberi isyarat kepada manusia untuk menghindari ketegangan lebih lanjut dan memberi kesempatan untuk memulihkan tenaga. Apabila dalam kondisi lelah terus dipaksakan, maka akan mengurangi kesiagaan yang dapat membuahkan kesalahan atau kecelakaan bagi pengemudi atau orang lain yang ada di sekitanya. Oleh karena itu pengemudi memerlukan waktu untuk beristirahat walau sejenak.
Di samping itu kendaraan yang dikemudikan harus mampu bergerak secara tepat sesuai kehendak pengemudi sehingga ada keterkaitan antara manusia dengan kendaraan dapat berjalan serasi. Informasi yang diberikan harus tersedia setiap saat dan setepat mungkin. Demikian juga perintah yang diberikan pengemudi harus segera mendapat respon yang cepat dan tepat dari kendaraannya. Kondisi yang tidak ergonomis dapat diberikan contoh antara lain : tempat duduk tidak nyaman dan terlalu rendah sehingga mengganggu medan pandang, ruang kemudi terlalu sempit, desain interior kurang indah dan penempatan kontrol-kontrol tidak tepat. Ergonomi merupakan suatu cara untuk menekan agar kelelahan yang timbul pada manusia sekecil mungkin sehingga menurunnya gerak reflek pengemudi karena kelelahan dapat ditingkatkan dan interval waktu siaga sampai timbulnya kelelahan dapat diperpanjang. Untuk itu ada beberapa hal yang perlu mendapat perhatian untuk menciptakan lingkungan pengendalian yang ergonomis antara lain : desain tempat duduk, perlengkapan pengendali kendaraan, medan pandang, istrumen dan panel, desain interior, dan kontrol-kontrol..
DESAIN TEMPAT DUDUK
Kelengkapan mobil yang sangat berpengaruh terhadap kenyamanan pengemudi/penumpang adalah tempat duduk, karena sebagian besar tubuh manusia berada di sini. Berbeda dengan perangkat lainnya yang hanya dikenai sebagian kecil anggota badan manusia. Oleh karena itu kenyamanan tempat duduk mempunyai pengaruh terhadap kenyamanan secara menyeluruh bagi yang menempatinya.
Kenyamanan tempat duduk sangat dipengaruhi oleh distribusi tekanan permukaan tempat duduk. Orang yang berada di atasnya akan disangga di bagian pinggul dan punggungnya oleh permukaan tempat duduk. Apabila penyangga tersebut terlalu kuat, pengemudi akan tersiksa dan mengakibatkan kelelahan yang pada akhirnya dapat me-nimbulkan rasa ngantuk. Keadaan yang sama akan dialami jika tata letak penyangga berada pada tempat yang salah.
Untuk meningkatkan kenyamanan maka tempat duduk harus dirancang secara khusus karena pengemudi akan duduk lama di atasnya. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan membuat tempat duduk dengan tekanan yang cukup tinggi di sekitar tulang pinggul, tetapi harus mempunyai tekanan yang lebih rendah di bagian paha dan sekitar tulang ekorArtinya tempat duduk tidak menerima tekanan yang besar dan terpusat di suatu tempat. Berat badan akan disebar secara merata dan sedikit tekanan di bagian belakang dan samping tubuh. Tekanan yang tinggi pada suatu tempat tertentu akan menyebabkan bagian tubuh tersebut menjadi mudah lelah. Kelelahan suatu bagian tubuh akan menurunkan daya tahan dan konsentrasi pengemudi hingga kecenderungan terjadinya kecelakaan menjadi lebih besar. Karena setiap pengemudi mempunyai bentuk tubuh yang berbeda, maka diperlukan pengatur jarak dan kemiringan sandaran yang dapat distel.
RODA KEMUDI, PEDAL REM, DAN PEDAL KOPLING
Bentuk dan ukuran roda kemudi (steer) sangat mempengaruhi kenyamanan pengemudi, karena keduanya berkaitan dengan kebutuhan tenaga yang diperlukan untuk memutarkannya dan ruang gerak pengemudi. Diameter roda kemudi yang besar dapat meringankan kemudi, tetapi banyak memerlukan tempat (ruang). Sebaliknya jika diameter roda kemudi terlalu kecil maka ruang kemudi lebih luas tetapi diperlukan tenaga yang lebih besar untuk memutarkannya sehingga akan cepat melelahkan pengemudi. Namun diameter roda kemudi yang kecil sangat sensitif terhadap setiap gerakan roda kendaraan, artinya dengan gerakan yang sedikit mampu menggerakkan roda kendaraan. Untuk itu perlu diciptakan roda kemudi yang tidak memerlukan tenaga yang besar untuk memutarkannya.
Bentuk roda kemudi pada umumnya bulat, tetapi ada juga yang berbentuk elips (oval). Roda kemudi bentuk elips ini dapat mengatasi kelemahan seperti dijelaskan di atas. Dengan roda kemudi bentuk elips, maka tenaga yang dibutuhkan untuk memutarkannya pada saat belok lebih kecil dan kemudi lebih sensitif pada saat mobil berjalan lurus.
Untuk menyesuaikan ukuran tubuh pengemudi, maka diupayakan agar posisi roda kemudi dapat distel. Dengan merubah kemiringan batang (poros) kemudi, maka letak roda kemudi dikonstruksi sedemikian rupa sehingga dapat mengkerut (collapsible) pada saat ada benturan yang cukup keras (misal : jika terjadi tabrakan) sehingga pengemudi terhindar dari himpitan roda kemudi saat terjadi kecelakaan.
Banyak upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah pengemudi terhindar dari himpitan saat kecelakaan. Seperti yang dilakukan perusahaan mobil Volvo yang menerapkan konsep “safety cage”(ruang aman), yaitu ruang penumpang yang sangat kokoh, tetapi bagian depan dan belakang mobil berfungsi sebagai peredam. Jika terjadi tabrakan frontal (saling berhadapan) yang fatal, kap mesin terlipat ke atas, spatbor (slebor) terlipat ke sisi, mesin dan bak transmisi (presnelling) jatuh ke bawah. Dengan demikian ruang penumpang tetap aman dari kemungkinan terdesak mesin/bak transmisi. Pada mobil Saab 9000 dilengkapi dengan bumper yang mampu menahan benturan tanpa mengakibatkan kerusakan hingga kecepatan 12,5 mil/jam. Bumper dirancang khusus dengan pemakaian pegas yang mampu meredam energi bila terjadi tumbukan pada kecepatan rendah. Pedal kopling dan pedal rem juga sangat berpengaruh terhadap kenyamanan pengemudi. Posisi pedal terhadap kaki pengemudi akan mempengaruhi kerja kaki pada saat mengemudi.
MEDAN PANDANG DAN KEMAMPUAN PANDANG
Medan pandang pengemudi meliputi : bagian depan, belakang samping, atas dan bawah. Untuk memonitor semua medan pandang tersebut maka diperlukan kaca spion yang cukup lebar. Kemampuan yang merefleksikan keadaan yang tidak dapat dilihat secara langsung oleh mata mutlak harus dimiliki oleh kaca spion. Penempatannyapun harus memenuhi prinsip ergonomi, artinya dapat dengan jelas menggambarkan situasi yang sesungguhnya.
Kemampuan pandang pengemudi dapat dipengaruhi oleh lingkungan di sekitarnya. Misalnya saja pada saat turun hujan, adanya kabut tebal,dan sebagainya. Terlebih lagi pada malam hari, seringkali berpapasan dengan mobil dari arah berlawanan dengan sinar (sorot) lampu yang tidak memenuhi standard. Untuk meningkatkan kemampuan pandang dan memberikan tingkat ergonomi yang lebih baik, maka perlu dilakukan beberapa perbaikan atau penambahan perlengkapan khusus. Cara yang dapat ditempuh antara lain dengan memakai kaca depan dan bagian interior yang tidak memantulkan sinar sehingga pengemudi tidak silau. Kemampuan pandang di malam hari dipengaruhi oleh terangnya lampu dan arah penyinaran. Lampu jenis “halogen” dapat memberikan penerangan yang lebih baik dibanding lampu biasa. Arah sinar lampu sebaiknya tidak terlalu pendek atau terlalu tinggi. Masing-masing jenis kendaraan memiliki spesifikasi (ukuran) arah sinar terhadap garis horisontal dan tergantung posisi lampu terhadap permukaan tanah. Dengan arah sinar yang tepat akan memperbaiki kemampuan pandang dan tidak mengganggu pengemudi dari arah yang berlawanan. Berkurangnya kemampuan pandang akibat adanya kabut dapat diatasi dengan menempatkan lampu kabut (lampu berwarna kuning). Sinar lampu kabut mampu menembus kabut sampai beberapa meter sehingga dapat memperbaiki kemampuan pandang saat terjadi kabut. Apabila hanya mengandalkan lampu depan untuk menembus kabut, maka pengemudi akan merasa cepat lelah karena kemampuan pandang berkurang.
Pada saat hujan turun, kemampuan pandang terhalang oleh air hujan dan kabut (embun) yang menempel pada dinding kaca depan dan belakang bagian dalam. Untuk (wiper) yang mampu mengikis air hujan. Kecepatan gerak wiper dapat disesuaikan dengan banyaknya air hujan yang menempel pada dinding kaca. Untuk mobil-mobil mewah ada yang telah dilengkapi dengan pengatur otomatis penggerak wiper dengan interval waktu tertentu. Misalnya pada saat hujan gerimis, wiper dapat diatur gerakannya hanya sesekali saja, namun saat hujan deras gerak wiper dapat dipercepat. Sebagai contoh seperti pada mobil Volks Wagen telah menggunakan penghapus kaca yang terprogram. Pada kecepatan tertentu kadang-kadang hanya diperlukan satu penghapus kaca, tetapi jika diperlukan bantuan yang lain maka tinggal memijit tombol sekali lagi sehingga kedua wiper akan bekerja bersama-sama. Untuk waktu penghapusan pun dapat diprogram ulang berapa waktu yang diperlukan.

INSTRUMEN DAN PANEL YANG MUDAH DIBACA
Apabila pengemudi menginginkan mengendarai mobilnya dengan aman, sebelumnya harus mengerti bagaimana instrumen dan meter-meter bekerja. Di samping itu perlengkapan tersebut harus akurat dan mudah dibaca. Untuk mengetahui kemampuan pengemudi dalam membaca instrumen, dilakukan pengujian dengan menggunakan metode EOG (Electro Ocolugraphy). Metode ini menggunakan perangkat yang bentuknya seperti helm pengaman yang dipasang pada kepala pengemudi. Dengan menggunakan dua elektrode yang ditempatkan di sekeliling mata, maka dapat diketahui ukuran, terangnya suatu warna, dan posisi dari meter-meter yang dikehendaki pengemudi.
Dari hasil berbagai pengujian dikembangkan “dual vision meter“, yaitu salah satu dari tipe meter yang mampu mengurangi waktu untuk melihat informasi yang diberikan. Untuk memperbaiki kemampuan pandang biasa digunakan cara pemantulan dari perangkat meter dengan menggunakan cermin. Cara tersebut sangat menguntungkan karena mata tidak perlu memperbaiki fokus setelah membaca meter. Kesan yang sama jauh dengan jarak pandang keluar diberikan oleh meter tersebut sehingga sangat menguntungkan pada saat kendaraan berjalan dengan kecepatan tinggi.
Hasil pengujian menunjukkan, bahwa waktu yang diperlukan untuk membaca dan kembali ke posisi pandang awal dengan pola meter dipantulkan dengan menggunakan dual meter vision jauh lebih cepat sekitar 10%. Kecepatan ini dibandingkan dengan pembacaan langsung tanpa pantulan. Dari hasil pengujian terhadap beberapa pengemudi dengan cara pantulan, ternyata menghasilkan kecepatan yang sama dalam pembacaan sehingga cara ini baik untuk mobil yang mampu bergerak cepat atau saat melaju di jaan bebas hambatan (jalan tol).
Indikator yang dianggap penting dapat diberikan lampu peringatan jika terjadi gangguan. Misalnya indikator pengukur bahan bakar akan menyala bila menunjukkan angka kritis (bensin hampir habis), demikian pula pengukur putaran mesin. Tekanan pelumasan, pengukur kapasitas minyak rem dalam reservoir, indikator pengisian baterai, juga penting untuk diberi tambahan lampu peringatan. Dengan demikian pengemudi tidak perlu melihat angka instrumen, sehingga memudahkan bagi pengemudi jika terjadi gangguan/kerusakan dalam sistem. Penentuan warna pada panel/dashboard (tempat meter-meter) dan sekitar pengemudi perlu mendapat perhatian dalam menciptakan lingkungan pengendalian yang ergonomis. Susunan panel dengan warna hitam nampak lebih gelap dan mampu mengurangi pantulan cahaya. Dengan cara ini, kelelahan pengemudi dapat dikurangi terutama pada malam hari.
I.       ANTROPOMETRI

Antropometri menurut stevenson (1989) dan Nurmianto (1991) adalah satu kumpulan data numerik yg berhubungan dgn karakteristik fisik tubuh manusia, ukuran, bentuk dan kekuatan serta penerapan dari data tersebut untuk penanganan masalah desain.

1.      UKURAN ANTROPOMETRI POSISI DUDUK

1.      Tinggi badan posisi duduk :
2.                      Pria : 864 mm
3.                      Wanita : 834 mm
4.      Tinggi bahu posisi duduk:
5.                      Pria : 572 mm
6.                      Wanita : 550 mm
7.       Tinggi siku posisi duduk:
8.                      Pria: 231 Wanita: 229 mm
9.      Tinggi lutut:
10.                  Pria: 496 mm Wnt:472
11.  Tinggi lipat lutut:
                Pria:403 mm Wnt:382
J.       BIOMEKANIKA

Biomekanika adalah suatu bidang kajian dalamErgonomi yang berhubungan dengan mekanisme pergerakan tubuh dalam melakukan suatupekerjaan/aktivitas.
Ø  Franklin & Nordin (1980) mendefinisikan biomekanika sebagai berikut:
Biomekanika menggunakan konsep fisika dan teknik untuk menjelaskan gerakan pada
bermacam-macam bagian tubuh manusia dan gaya yang bekerja pada bagian tubuh pada aktifitas
sehari-hari.

Ø  Chaffin (1991) membuat istilah biomekanika kerja (Occupational Biomechanic) yang didefinisikan
sebagai berikut:
Biomekanika kerja adalah studi mengenai interaksi pekerja dengan peralatan, mesin dan material,
sehingga pekerja dapat meningkatkan performansinya dan di sisi lain dapat meminimalkan resiko
cedera kerja (muskuloskeletal
)









BAB III
STUDI KASUS

A.    Permasalahan Ergonomi
Penanggulangan permasalahan ergonomi di setiap jenis pekerjaan dapat dilakukan setelah mengetahui terlebih dahulu bagaimana proses kerja dan posisi kerjanya. Di bawah ini akan diuraikan contoh masalah ergonomi yang dapat timbul akibat ketidaksesuaian antara pekerja dan pekerjaannya :
Perajin Kerupuk
Pekerjaan membuat kerupuk menggunakan bahan baku: tepung tapioka, kanji, bahan tambahan pewarna dan penyedap. Hasil produksinya berupa kerupuk yang siap dimakan.
Proses dan Posisi Kerja:
1.      Pembuatan adonan kerupuk
Tepung tapioka dalam karung seberat 50 kg diangkat berdua dari tempat penampungan ke tempat pembuatan adonan yang berjarak 2-8 meter. Bahan baku tersebut diaduk rata secara mekanis selama 3-5 menit atau secara manual selama 7-10 menit. Selanjutnya adonan tersebut diuleni kembali secara manual selama 2 menit untuk mendapatkan adonan homogen.
Posisi kerja
Proses menguleni adonan dilakukan sambil berdiri dengan meja kerja permanen setinggi 70 cm yang terbuat dari ubin/kayu dan berat adonan 6-8 kg.
2.      Pencetakan
Selanjutnya adoanan yang sudah homogen tersebut dimasukkan ke dalam pencetak dan dimampatkan secara mekanis atau manual dan didapat keluaran berupa benang-benang adonan setebal 1 mm dari lobang pencetak, benang-benang adonan ditampung pada pencetak kerupuk sambil diputar-putar sehingga didapat bentuk yang bulat.
Posisi kerja :
Pekerjaan pencetakan dilakukan sambil duduk di lantai.
3.      Pengkukusan
Kerupuk mentah tersebut segera dimatangkan dengan cara pengkukusan selama 5 – 10 menit dan setelah matang dipindah satu persatu dengan cara menjepit dengan jari-jari tangan ke tempat yang lebih besar untuk dijemur di luar ruangan. Pemindahan ke luar ruangan dilakukan dengan mengangkat tampah tersebut tinggi-tinggi dengan kedua tangan.
Posisi kerja :
Pekerjaan memindahkan kerupuk setelah selesai dikukus dilakukan pada posisi duduk di lantai / jongkok.
4.      Penjemuran
Kerupuk dijemur. Setelah kering ditampung dalam keranjang plastik dengan berat per keranjang 17-20 kg untuk disimpan sementara menunggu untuk digoreng.
Posisi kerja : berdiri dengan tempat jemuran (para-para) yang terlalu rendah.
5.      Penggorengan
Kerupuk kering dalam keranjang dipindah ke tempat penggorengan yang berjarak 10 – 12 meter. Proses penggorengan kerupuk dilakukan dalam 2 tahap, dengan minyak dingin dilanjutkan dengan minyak panas.
Posisi kerja :
Proses penggorengan dilakukan dengan posisi berdiri dengan 2 penggorengan dan tinggi wajan 70 cm; selesai digoreng kerupuk dikemas dalam kaleng besar. Aliran udara di bagian ini kurang baik.
6.      Pengemasan
Posisi kerja : proses pengemasan dalam posisi berdiri membungkuk.

B.     Penanggulangan Permasalahan Ergonomi
Aplikasi ergonomi dapat dilaksanakan dengan prinsip pemecahan masalah; tahap awal adalah identifikasi masalah yang sedang dihadapi. Hal ini dapat dilakukan dengan mengumpulkan sebanyak mungkin informasi. Langkah selanjutnya adalah menentukan prioritas masalah, masalah yang paling mencolok harus ditangani lebih dahulu. Setelah analisis dikerjakan, maka satu atau dua alternatif intervensi harus diusulkan. Pada pengenalan/rekognisi ada 3 hal yang harus diperhatikan, ketiganya berinteraksi dalam penerapan ergonomi dengan fokus utama pada sumber daya manusia

1.      Kesehatan mental dan fisik harus diperhatikan untuk diperbaiki sehinggga didapatkan tenaga kerja yang sehat fisik, rohani dan sosial yang memungkinkan mereka hidup produktif baik secara sosial maupun ekonomi.
2.      Kemampuan jasmani dapat diketahui dengan melakukan pemeriksaan antropometri, lingkup gerak sendi dan kekuatan otot.
3.      Lingkungan tempat kerja
-          Harus memberikan ruang gerak secukupnya bagi tubuh dan anggota badan sehingga dapat bergerak secara leluasa dan efisien.
-          Dapat menimbulkan rasa aman dan tidak menimbulkan stres lingkungan.
4.      Pembebanan kerja fisik
Selama bekerja, kebutuhan peredaran darah dapat meningkat sepuluh sampai dua puluh kali. Meningkatnya peredaran darah pada otot-otot yang bekerja, memaksa jantung untuk memompa darah lebih banyak.
Kerja otot dapat dikelompokkan menjadi dua jenis yaitu:
-          Kerja otot dinamik, ditandai dengan kontraksi bergantian yang berirama dan ekstensi, ketegangan dan istirahat.
-          Kerja otot statik, ditandai oleh kontraksi otot yang lama yang biasanya sesuai dengan sikap tubuh. Tidak dianjurkan untuk meneruskan kerja otot statik dalam jangka lama karena akan timbul rasa nyeri dan memaksa tenaga kerja untuk berhenti.
5.      Sikap tubuh dalam bekerja
Sikap tubuh dalam bekerja berhubungan dengan tempat duduk, meja kerja dan luas pandangan. Untuk merencanakan tempat kerja dan perlengkapannya diperlukan ukuran-ukuran tubuh yang menjamin sikap tubuh paling alamiah dan me-mungkinkan dilakukannya gerakan-gerakan yang dibutuhkan. Pada posisi berdiri dengan pekerjaan ringan, tinggi optimum area kerja adalah 5-10 cm di bawah siku. Agar tinggi optimum ini dapat diterapkan, maka perlu diukur tinggi siku yaitu jarak vertikal dari lantai ke siku dengan keadaan lengan bawah mendatar dan lengan atas vertikal. Tinggi siku pada laki-laki misalnya 100 cm dan pada wanita misalnya 95 cm, maka tinggi meja kerja bagi laki-laki adalah antara 90-95 cm dan bagi wanita adalah antara 85-90 cm.








BAB IV
PENUTUP


A.    Kesimpulan
Penerapan Ergonomi di tempat kerja bertujuan agar pekerja saat bekerja selalu dalam keadaan sehat, nyaman, selamat, produktif dan sejahtera. Untuk dapat mencapai tujuan tersebut, perlu kemauan, kemampuan dan kerjasama yang baik dari semua pihak. Pihak pemerintah dalam hal ini Departemen Kesehatan sebagai lembaga yang bertanggungjawab terhadap kesehatan masyarakat, membuat berbagai peraturan, petunjuk teknis dan pedoman K3 di Tempat Kerja serta menjalin kerjasama lintas program maupun lintas sektor terkait dalam pembinaannya.

B.     Saran
1.      Pendekatan disiplin ergonomi diarahkan pada upaya memperbaiki performansi kerja manusia seperti menambah kecepatan kerja, accuracy, keselamatan kerja disamping untuk mengurangi energi kerja yang berlebihan serta mengurangi datangnya kelelahan yang terlalu cepat. Disamping itu disiplin ergonomi diharapkan mampu memperbaiki pendayagunaan sumber daya manusia serta meminimalkan kerusakan peralatan yang disebabkan kesalahan manusia (human errors). Manusia adalah manusia, bukannya mesin. Mesin tidak seharusnya mengatur manusia, untuk itu bebanilah manusia (operator/pekerja) dengan tugas-tugas yang manusiawi.
2.      Pendekatan khusus yang ada dalam disiplin Ergonomi ialah aplikasi yang sistematis dari segala informasi yang relevan yang berkaitan dengan karakteristik dan perilaku manusia didalam perancangan peralatan, fasilitas dan lingkungan kerja yang dipakai.








KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga sampai saat ini penulis selalu dapat menjalankan aktivitas kehidupan sehari-hari dengan baik.
Dalam pembuatan Makalah ini, penulis banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak, untuk itu pada kesempatan ini Penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen pengajar dan teman-teman yang telah berperan serta dalam pembuatan makalah ini.
Penulis juga menyadari bahwa Makalah ini masih jauh dari sempurna baik dari segi materi yang penulis sajikan maupun dari segi penulisannya. Untuk itu segala saran dan kritik yang bersifat membangun sangat penulis harapkan untuk menambah wawasan penulis dan demi perbaikan tugas-tugas yang akan datang.
Harapan penulis semoga Makalah ini dapat bermanfaat terutama bagi penulis sendiri dan bagi pembaca pada umumnya.

Arga Makmur,  ……………2012



   ii
 
Daftar isi
HALAMAN JUDUL................................................................................................
KATA PENGANTAR.............................................................................................. ii
DAFTAR ISI............................................................................................................. iii
BAB I  PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
1.1  LATAR BELAKANG........................................................................................ 1
1.2  RUMUSAN MASALAH................................................................................... 1
1.3  TUJUAN PENULISAN..................................................................................... 2
1.4  METODE PENULISA..................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................ 3
2.1  DEFINISI ERGONOMI.................................................................................... 3
2.2  TUJUAN, MANFAAT, DAN RUANG LINGKUP ERGONOMI.................. 3
2.3  METODE – METODE ERGONOMI................................................................ 4
2.4  PENYAKIT DI TEMPAT KERJA YANG BERKAITAN DENGAN ERGONOMI 
2.5  APLIKASI ERGONOMI UNTUK PERANCANAGN TEMPAT KERJA..... 7
2.6  CONTOH APLIKASI ERGONOMI............................................................... 9
BAB III STUDI KASUS.......................................................................................... 16
3.1  PERMASAHAN ERGONOMI.......................................................................... 16
3.2  PENANGGULANAGAN PERMASALAHAN ERGONOMI........................ 17
BAB IV PENUTUP.................................................................................................. 19
4.1  KESIMPULAN................................................................................................... 19
4.2  SARAN............................................................................................................... 19
DAFTAR PUSTAKA ..............................................................................................
iii
 


DAFTAR PUSTAKA

Ø  id.wikipedia.org/wiki/Ergonomika
Ø  elearning.gunadarma.ac.id/docmodul/pengantar_teknik.../Bab_5.pdf





 






















MAKALAH
ERGONOMI




Disusun Oleh ;

atika anggriyani

FAKULTAS KESEHATAN
PRODI KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS RATU SAMBAN
ARGA MAKMUR – BENGKULU UTARA