BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Perkembangan teknologi saat
ini begitu pesatnya, sehingga peralatan sudah menjadi kebutuhan pokok pada
berbagai lapangan pekerjaan. Artinya peralatan dan teknologi merupakan
penunjang yang penting dalam upaya meningkatkan produktivitas untuk berbagai
jenis pekerjaan. Disamping itu disisi lain akan terjadi dampak negatifnya, bila
kita kurang waspada menghadapi bahaya potensial yang mungkin timbul
Hal ini tidak akan terjadi
jika dapat diantisipasi pelbagai risiko yang mempengaruhi kehidupan para
pekerja. berbagai risiko tersebut adalah kemungkinan terjadinya Penyakit Akibat
Kerja, Penyakit yang berhubungan dengan pekerjaan dan Kecelakaan Akibat Kerja
yang dapat menyebabkan kecacatan atau kematian. Antisipasi ini harus dilakukan
oleh semua pihak dengan cara penyesuaian antara pekerja, proses kerja dan
lingkungan kerja. Pendekatan ini dikenal sebagai pendekatan ergonomik.
B.
Rumusan Masalah
Permasalahan yang berkaitan dengan faktor
ergonomi umumnya disebabkan oleh adanya ketidaksesuaian antara pekerja dan
lingkungan kerja secara menyeluruh termasuk peralatan kerja. Maksud dan tujuan
ergonomi diarahkan pada upaya memperbaiki performance kerja manusia dan mampu
memperbaiki pendayagunaan SDM serta meminimalisir kerusakan alat atau peralatan
yang disebabkan oleh kesalahan manusia (Human Error). Sedangkan pendekatan
khusus ergonomi merupakan aplikasi sistematis dari segala informasi yang
relevan berkaitan dengan karakteristik dan perilaku manusia dalam perencanaan
peralatan, fasilitas dan lingkungan kerja yang dipakai
C.
Tujuan
1. Tujuan Umum
Tujuan
Umum dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui tentang Ergonomi di
Tempat Kerja.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui defenisi Ergonomi.
b. Untuk mengetahui tujuan dan ruang lingkup Ergonomi.
c. Untuk mengetahui metode-metode Ergonomi.
d. Untuk mengetahui penyakit-penyakit di tempat
kerja yang berkaitan dengan ergonomi.
e. Untuk mengetahui aplikasi ergonomi untuk
perancangan tempat kerja.
D.
Metode Penulisan
Adapun
metode penulisan makalah ini adalah kami menggunakan metode study pustaka
sebagai karena dalam sumber pembuatan makalah ini kami menggunakan referensi
buku-buku teks yang kami pakai ada buku
ERGONOMI dan juga kami mengunakan inernet sebagai sarana penambah bahan
materi dari makala ini.
.
.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
TINJAUAN TEORITIS
A.
Definisi Ergonomi
Ergonomi yaitu ilmu yang
mempelajari perilaku manusia dalam kaitannya dengan pekerjaan mereka. Sasaran
penelitian ergonomi ialah manusia pada saat bekerja dalam lingkungan. Secara
singkat dapat dikatakan bahwa ergonomi ialah penyesuaian tugas pekerjaan dengan
kondisi tubuh manusia ialah untuk menurunkan stress yang akan dihadapi.
Upayanya antara lain berupa menyesuaikan ukuran tempat kerja dengan dimensi
tubuh agar tidak melelahkan, pengaturan suhu, cahaya dan kelembaban bertujuan
agar sesuai dengan kebutuhan tubuh manusia.
Ada beberapa definisi
menyatakan bahwa ergonomi ditujukan untuk “fitting the job to the worker”,
sementara itu ILO antara lain menyatakan, sebagai ilmu terapan biologi manusia
dan hubungannya dengan ilmu teknik bagi pekerja dan lingkungan kerjanya, agar
mendapatkan kepuasan kerja yang maksimal selain meningkatkan produktivitasnya”.
B. SEJARAH ERGONOMI
Pada
zaman dahulu ketika masih hidup dalam lingkungan alam asli, kehidupan manusia
sangat tergantung pada kegiatan tanganya.Alat-alat, perlengkapan-perlengkapan,
atau rumah-rumah sederhana, dibuat hanya sekedar untuk mengurangi ganasnya
alama pada saat itu.
Perubahan waktu, walaupun secara
perlahan-lahan, telah merubah manusia dari keadaan primitif menjadi manusia
yang berbudaya.Kejadian ini antara lain terlihat pada perubahan rancangan
peralatan-peralatan yang dipakai, yaitu mulai dari batu yang tidak berbentuk
menjadi batu yang mulai berbentuk dengan meruncingkan beberapa bagian dari batu
tersebut.
Perubahan pada alat sederhana ini, menunjukkan bahwa manusia telah sejak awal kebudayaannya berusaha memperbaiki alat-alat yang dipakainya untuk memudahkan pemakaiannya.Hal ini terlihat lagi pada alat-alat batu runcing yang bagian atasnya dipahat bulat tepat sebesar genggaman sehingga lebih memudahkan dan menggerakan pemakaiannya.
Perubahan pada alat sederhana ini, menunjukkan bahwa manusia telah sejak awal kebudayaannya berusaha memperbaiki alat-alat yang dipakainya untuk memudahkan pemakaiannya.Hal ini terlihat lagi pada alat-alat batu runcing yang bagian atasnya dipahat bulat tepat sebesar genggaman sehingga lebih memudahkan dan menggerakan pemakaiannya.
Banyak
lagi perbuatan-perbuatan manusia yang serupa dengan itu dari abad ke abad.
Namun hal tersebut berlangsung secara apa adanya, tidak teratur dan tidak terarah, bahkan kadang-kadang secara kebetulan.Baru diabad ke-20 ini orang mulai mensistemasikan cara-cara perabaikan tersebut dan secara khusus mengembangkannnya.
Usaha-usaha ini berkembang terus dan sekarang dikenal sebagai salah satu cabang ilmu yang disebut " Ergonomi".Ergonomi ialah suatu cabang ilmu yang sistematis untuk memanfaatkan informasi-informasi mengenal sifat, kemampuan dan keterbatasan manusia untuk merancang suatu sistem kerja sehingga orang dapat hidup dan bekerja pada sistem itu dengan baik, yaitu mencapai tujuan yang diinginkan melalui pekerjaan itu, dengan efektif, aman dan nyaman.
Namun hal tersebut berlangsung secara apa adanya, tidak teratur dan tidak terarah, bahkan kadang-kadang secara kebetulan.Baru diabad ke-20 ini orang mulai mensistemasikan cara-cara perabaikan tersebut dan secara khusus mengembangkannnya.
Usaha-usaha ini berkembang terus dan sekarang dikenal sebagai salah satu cabang ilmu yang disebut " Ergonomi".Ergonomi ialah suatu cabang ilmu yang sistematis untuk memanfaatkan informasi-informasi mengenal sifat, kemampuan dan keterbatasan manusia untuk merancang suatu sistem kerja sehingga orang dapat hidup dan bekerja pada sistem itu dengan baik, yaitu mencapai tujuan yang diinginkan melalui pekerjaan itu, dengan efektif, aman dan nyaman.
C.
Tujuan, Manfaat, dan Ruang Lingkup Ergonomi
Pelaksanaan dan penerapan
ergonomi di tempat kerja dimulai dari yang sederhana dan pada tingkat individual
terlebih dahulu. Rancangan yang ergonomis akan dapat meningkatkan efisiensi,
efektifitas dan produktivitas kerja, serta dapat menciptakan sistem serta
lingkungan kerja yang cocok, aman, nyaman dan sehat.
Adapun
tujuan penerapan ergonomi adalah sebagai berikut :
1. Meningkatkan kesejahteraan fisik dan mental,
dengan meniadakan beban kerja tambahan (fisik dan mental), mencegah penyakit
akibat kerja, dan meningkatkan kepuasan kerja.
2. Meningkatkan kesejahteraan sosial dengan jalan
meningkatkan kualitas kontak sesama pekerja, pengorganisasian yang lebih baik
dan menghidupkan sistem kebersamaan dalam tempat kerja.
3. Berkontribusi di dalam keseimbangan rasional
antara aspek-aspek teknik, ekonomi, antropologi dan budaya dari sistem
manusia-mesin untuk tujuan meningkatkan efisiensi sistem manusia-mesin.
Manfaat
pelaksanaan ergonomi adalah sebagai berikut:
1. Menurunnya angka kesakitan akibat kerja.
2. Menurunnya
kecelakaan kerja
3. Biaya pengobatan dan kompensasi berkurang.
4. Stress akibat kerja berkurang.
5. Produktivitas membaik.
6. Alur kerja bertambah baik.
7. Rasa aman karena bebas dari gangguan cedera.
8. Kepuasan kerja meningkat.
Ruang
lingkup ergonomi sangat luas aspeknya, antara lain meliputi :
Tehnik:
Tehnik:
1. Fisik
2. Pengalaman psikis
3. Anatomi, utamanya yang berhubungan dengan kekuatan
dan gerakan otot dan persendian
4. Anthropometri
5. Sosiologi
6. Fisiologi, terutama berhubungan dengan
temperatur tubuh, Oxygen up take, pols, dan aktivitas otot.
7. Desain, dll.
D.
Metode-metode Ergonomi
1. Diagnosis
Dapat
dilakukan melalui wawancara dengan pekerja, inspeksi tempat kerja penilaian
fisik pekerja, uji pencahayaan, ergonomik checklist dan pengukuran lingkungan
kerja lainnya. Variasinya akan sangat luas mulai dari yang sederhana sampai
kompleks.
2. Treatment
Pemecahan masalah ergonomi akan tergantung data dasar pada saat diagnosis. Kadang sangat sederhana seperti merubah posisi meubel, letak pencahayaan atau jendela yang sesuai. Membeli furniture sesuai dengan demensi fisik pekerja.
Pemecahan masalah ergonomi akan tergantung data dasar pada saat diagnosis. Kadang sangat sederhana seperti merubah posisi meubel, letak pencahayaan atau jendela yang sesuai. Membeli furniture sesuai dengan demensi fisik pekerja.
3. Follow-up
Dengan evaluasi yang subyektif atau obyektif, subyektif misalnya dengan menanyakan kenyamanan, bagian badan yang sakit, nyeri bahu dan siku, keletihan, sakit kepala dan lain-lain. Secara obyektif misalnya dengan parameter produk yang ditolak, absensi sakit, angka kecelakaan dan lain-lain.
Dengan evaluasi yang subyektif atau obyektif, subyektif misalnya dengan menanyakan kenyamanan, bagian badan yang sakit, nyeri bahu dan siku, keletihan, sakit kepala dan lain-lain. Secara obyektif misalnya dengan parameter produk yang ditolak, absensi sakit, angka kecelakaan dan lain-lain.
Aplikasi/penerapan Ergonomik:
1. Posisi Kerja
Terdiri dari posisi duduk dan posisi berdiri,
posisi duduk dimana kaki tidak terbebani dengan berat tubuh dan posisi stabil
selama bekerja. Sedangkan posisi berdiri dimana posisi tulang belakang vertikal
dan berat badan tertumpu secara seimbang pada dua kaki.
2. Proses Kerja
Para pekerja dapat menjangkau peralatan kerja
sesuai dengan posisi waktu bekerja dan sesuai dengan ukuran anthropometrinya.
Harus dibedakan ukuran anthropometri barat dan timur.
3. Tata Letak Tempat Kerja
Display harus jelas terlihat pada waktu
melakukan aktivitas kerja. Sedangkan simbol yang berlaku secara internasional
lebih banyak digunakan daripada kata-kata.
4. Mengangkat beban
Bermacam-macam cara dalam mengangkat beban
yakni, dengan kepala, bahu, tangan, punggung, dll. Beban yang terlalu berat
dapat menimbulkan cedera tulang punggung, jaringan otot dan persendian akibat
gerakan yang berlebihan.
E.
Penyakit-penyakit di Tempat Kerja yang
Berkaitan dengan Ergonomi
Semua pekerja secara kontinyu harus mendapat supervisi medis teratur. Supervisi medis yang biasanya dilakukan terhadap pekerja antara lain :
Semua pekerja secara kontinyu harus mendapat supervisi medis teratur. Supervisi medis yang biasanya dilakukan terhadap pekerja antara lain :
1. Pemeriksaan sebelum bekerja Bertujuan untuk
menyesuaikan dengan beban kerjanya.
2. Pemeriksaan berkala Bertujuan untuk memastikan
pekerja sesuai dengan pekerjaannya dan mendeteksi bila ada kelainan.
3. Nasehat
Harus diberikan tentang hygiene dan kesehatan, khususnya pada wanita muda dan yang sudah berumur.
Harus diberikan tentang hygiene dan kesehatan, khususnya pada wanita muda dan yang sudah berumur.
Setelah
pekerja melakukan pekerjaannya maka umumnya terjadi kelelahan, dalam hal ini
kita harus waspada dan harus kita bedakan jenis kelelahannya, beberapa ahli
membedakan / membaginya sebagai berikut :
1. Kelelahan fisik
2. Kelelahan fisik akibat kerja yang berlebihan,
dimana masih dapat dikompensasi dan diperbaiki performansnya seperti semula.
Kalau tidak terlalu berat kelelahan ini bisa hilang setelah istirahat dan tidur
yang cukup.
3. Kelelahan yang patologis
Kelelahan ini tergabung dengan penyakit yang diderita,
biasanya muncul tiba-tiba dan berat gejalanya.
4. Psikologis dan emotional fatique
Kelelahan ini adalah bentuk yang umum. Kemungkinan merupakan
sejenis “mekanisme melarikan diri dari kenyataan” pada penderita psikosomatik.
Semangat yang baik dan motivasi kerja akan mengurangi angka kejadiannya di
tempat kerja.
Upaya kesehatan kerja dalam mengatasi kelelahan, meskipun seseorang
mempunyai batas ketahanan, akan tetapi beberapa hal di bawah ini akan
mengurangi kelelahan yang tidak seharusnya terjadi :
a. Lingkungan harus bersih dari zat-zat kimia.
Pencahayaan dan ventilasi harus memadai dan tidak ada gangguan bising.
b. Jam kerja sehari diberikan waktu istirahat
sejenak dan istirahat yang cukup saat makan siang.
c. Kesehatan pekerja harus tetap dimonitor.
d. Tempo kegiatan tidak harus terus menerus.
e. Waktu perjalanan dari dan ke tempat kerja harus
sesingkat mungkin, kalau memungkinkan.
f. Secara aktif mengidentifikasi sejumlah pekerja
dalam peningkatan semangat kerja.
g. Fasilitas rekreasi dan istirahat harus
disediakan di tempat kerja.
h. Waktu untuk liburan harus diberikan pada semua
pekerja
i.
Kelompok
pekerja yang rentan harus lebih diawasi misalnya;
Pekerja
remaja
Wanita
hamil dan menyusui
Pekerja
yang telah berumur
Pekerja
shift
Migrant.
j.
Para
pekerja yang mempunyai kebiasaan pada alkohol dan zat stimulan atau zat
addiktif lainnya perlu diawasi.
Pemeriksaan kelelahan :
Tes kelelahan tidak sederhana, biasanya tes yang dilakukan seperti
tes pada kelopak mata dan kecepatan reflek jari dan mata serta kecepatan
mendeteksi sinyal, atau pemeriksaan pada serabut otot secara elektrik dan
sebagainya.
Persoalan yang terpenting adalah kelelahan yang terjadi apakah ada hubungannya dengan masalah ergonomi, karena mungkin saja masalah ergonomi akan mempercepat terjadinya kelelahan.
Persoalan yang terpenting adalah kelelahan yang terjadi apakah ada hubungannya dengan masalah ergonomi, karena mungkin saja masalah ergonomi akan mempercepat terjadinya kelelahan.
F. Aplikasi
Ergonomi untuk Perancangan Tempat Kerja
Pelatihan bidang ergonomi sangat penting, sebab
ahli ergonomi umumnya berlatar belakang pendidikan tehnik, psikologi, fisiologi
atau dokter, meskipun ada juga yang dasar keilmuannya tentang desain, manajer dan
lain-lain. Akan tetapi semuanya ditujukan pada aspek proses kerja dan
lingkungan kerja.
G.
ASPEK PSIKOLOGIS ERGONOMI
Dengan
penerapan prinsip ergonomi di atas diharapkan dapat mengurangi tingkat stress
yang diakibatkan karena kelelahan ketika melakukan perjalanan jauh pada
pengguna kendaraan beroda empat. Selain itu, dengan berkurangnya tingkat stress
maka unsur keamanan dan keselamatan pun akan lebih meningkat.
Memahami prinsip ergonomi akan
mempermudah evaluasi setiap tugas atau pekerjaan meskipun ilmu pengetahuan
dalam ergonomi terus mengalami kemajuan dan teknologi yang digunakan dalam
pekerjaan tersebut terus berubah. Prinsip ergonomi adalah pedoman dalam
menerapkan ergonomi di tempat kerja. Menurut Baiduri dalam diktat kuliah
ergonomi terdapat 12 prinsip ergonomi, yaitu sebagai berikut:
- Bekerja dalam posisi atau postur normal.
- Mengurangi beban berlebihan.
- Menempatkan peralatan agar selalu berada dalam jangkauan.
- Bekerja sesuai dengan ketinggian dimensi tubuh.
- Mengurangi gerakan berulang dan berlebihan.
- Minimalisasi gerakan statis.
- Minimalisasikan titik beban.
- Mencakup jarak ruang.
- Menciptakan lingkungan kerja yang nyaman.
- Melakukan gerakan, olah raga, dan peregangan saat bekerja.
- Membuat agar display dan contoh mudah dimengerti.
H.
CONTOH APLIKASI ERGONOMI
Mengendarai
mobil dengan jarak tempuh yang cukup jauh sangat melelahkan bagi pengemudi. Hal
tersebut wajar terjadi pada setiap orang karena banyaknya gerakan yang harus
dilakukan saat mengemudi. Apalagi jenis gerakan yang dilakukan sifatnya monoton
sehingga menimbulkan kebosanan. Apabila keadaan semacam ini berlangsung cukup
lama maka akan menimbulkan rasa hambar, lelah dan puncaknya adalah rasa
ngantuk. Meskipun sesungguhnya secara psikologis rasa lelah bersifat
melindungi, sama seperti rasa lapar. Timbulnya rasa lelah berarti memberi
isyarat kepada manusia untuk menghindari ketegangan lebih lanjut dan memberi
kesempatan untuk memulihkan tenaga. Apabila dalam kondisi lelah terus
dipaksakan, maka akan mengurangi kesiagaan yang dapat membuahkan kesalahan atau
kecelakaan bagi pengemudi atau orang lain yang ada di sekitanya. Oleh karena
itu pengemudi memerlukan waktu untuk beristirahat walau sejenak.
Di
samping itu kendaraan yang dikemudikan harus mampu bergerak secara tepat sesuai
kehendak pengemudi sehingga ada keterkaitan antara manusia dengan kendaraan
dapat berjalan serasi. Informasi yang diberikan harus tersedia setiap saat dan
setepat mungkin. Demikian juga perintah yang diberikan pengemudi harus segera
mendapat respon yang cepat dan tepat dari kendaraannya. Kondisi yang tidak
ergonomis dapat diberikan contoh antara lain : tempat duduk tidak nyaman dan
terlalu rendah sehingga mengganggu medan pandang, ruang kemudi terlalu sempit,
desain interior kurang indah dan penempatan kontrol-kontrol tidak tepat.
Ergonomi merupakan suatu cara untuk menekan agar kelelahan yang timbul pada
manusia sekecil mungkin sehingga menurunnya gerak reflek pengemudi karena
kelelahan dapat ditingkatkan dan interval waktu siaga sampai timbulnya
kelelahan dapat diperpanjang. Untuk itu ada beberapa hal yang perlu mendapat
perhatian untuk menciptakan lingkungan pengendalian yang ergonomis antara lain
: desain tempat duduk, perlengkapan pengendali kendaraan, medan pandang,
istrumen dan panel, desain interior, dan kontrol-kontrol..
DESAIN
TEMPAT DUDUK
Kelengkapan
mobil yang sangat berpengaruh terhadap kenyamanan pengemudi/penumpang adalah
tempat duduk, karena sebagian besar tubuh manusia berada di sini. Berbeda
dengan perangkat lainnya yang hanya dikenai sebagian kecil anggota badan
manusia. Oleh karena itu kenyamanan tempat duduk mempunyai pengaruh terhadap
kenyamanan secara menyeluruh bagi yang menempatinya.
Kenyamanan
tempat duduk sangat dipengaruhi oleh distribusi tekanan permukaan tempat duduk.
Orang yang berada di atasnya akan disangga di bagian pinggul dan punggungnya
oleh permukaan tempat duduk. Apabila penyangga tersebut terlalu kuat, pengemudi
akan tersiksa dan mengakibatkan kelelahan yang pada akhirnya dapat me-nimbulkan
rasa ngantuk. Keadaan yang sama akan dialami jika tata letak penyangga berada
pada tempat yang salah.
Untuk
meningkatkan kenyamanan maka tempat duduk harus dirancang secara khusus karena
pengemudi akan duduk lama di atasnya. Salah satu upaya yang dapat dilakukan
adalah dengan membuat tempat duduk dengan tekanan yang cukup tinggi di sekitar
tulang pinggul, tetapi harus mempunyai tekanan yang lebih rendah di bagian paha
dan sekitar tulang ekorArtinya tempat duduk tidak menerima tekanan yang besar
dan terpusat di suatu tempat. Berat badan akan disebar secara merata dan
sedikit tekanan di bagian belakang dan samping tubuh. Tekanan yang tinggi pada
suatu tempat tertentu akan menyebabkan bagian tubuh tersebut menjadi mudah
lelah. Kelelahan suatu bagian tubuh akan menurunkan daya tahan dan konsentrasi
pengemudi hingga kecenderungan terjadinya kecelakaan menjadi lebih besar.
Karena setiap pengemudi mempunyai bentuk tubuh yang berbeda, maka diperlukan
pengatur jarak dan kemiringan sandaran yang dapat distel.
RODA
KEMUDI, PEDAL REM, DAN PEDAL KOPLING
Bentuk
dan ukuran roda kemudi (steer) sangat mempengaruhi kenyamanan pengemudi, karena
keduanya berkaitan dengan kebutuhan tenaga yang diperlukan untuk memutarkannya
dan ruang gerak pengemudi. Diameter roda kemudi yang besar dapat meringankan
kemudi, tetapi banyak memerlukan tempat (ruang). Sebaliknya jika diameter roda
kemudi terlalu kecil maka ruang kemudi lebih luas tetapi diperlukan tenaga yang
lebih besar untuk memutarkannya sehingga akan cepat melelahkan pengemudi. Namun
diameter roda kemudi yang kecil sangat sensitif terhadap setiap gerakan roda
kendaraan, artinya dengan gerakan yang sedikit mampu menggerakkan roda
kendaraan. Untuk itu perlu diciptakan roda kemudi yang tidak memerlukan tenaga
yang besar untuk memutarkannya.
Bentuk
roda kemudi pada umumnya bulat, tetapi ada juga yang berbentuk elips (oval).
Roda kemudi bentuk elips ini dapat mengatasi kelemahan seperti dijelaskan di
atas. Dengan roda kemudi bentuk elips, maka tenaga yang dibutuhkan untuk
memutarkannya pada saat belok lebih kecil dan kemudi lebih sensitif pada saat
mobil berjalan lurus.
Untuk
menyesuaikan ukuran tubuh pengemudi, maka diupayakan agar posisi roda kemudi
dapat distel. Dengan merubah kemiringan batang (poros) kemudi, maka letak roda
kemudi dikonstruksi sedemikian rupa sehingga dapat mengkerut (collapsible) pada saat ada benturan
yang cukup keras (misal : jika terjadi tabrakan) sehingga pengemudi terhindar
dari himpitan roda kemudi saat terjadi kecelakaan.
Banyak
upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah pengemudi terhindar dari himpitan
saat kecelakaan. Seperti yang dilakukan perusahaan mobil Volvo yang menerapkan
konsep “safety cage”(ruang
aman), yaitu ruang penumpang yang sangat kokoh, tetapi bagian depan dan
belakang mobil berfungsi sebagai peredam. Jika terjadi tabrakan frontal (saling berhadapan) yang
fatal, kap mesin terlipat ke atas, spatbor
(slebor) terlipat ke sisi, mesin dan bak transmisi (presnelling) jatuh ke bawah. Dengan demikian ruang penumpang
tetap aman dari kemungkinan terdesak mesin/bak transmisi. Pada mobil Saab 9000
dilengkapi dengan bumper yang mampu menahan benturan tanpa mengakibatkan
kerusakan hingga kecepatan 12,5 mil/jam. Bumper dirancang khusus dengan
pemakaian pegas yang mampu meredam energi bila terjadi tumbukan pada kecepatan
rendah. Pedal kopling dan pedal rem juga sangat berpengaruh terhadap kenyamanan
pengemudi. Posisi pedal terhadap kaki pengemudi akan mempengaruhi kerja kaki
pada saat mengemudi.
MEDAN
PANDANG DAN KEMAMPUAN PANDANG
Medan
pandang pengemudi meliputi : bagian depan, belakang samping, atas dan bawah.
Untuk memonitor semua medan pandang tersebut maka diperlukan kaca spion yang
cukup lebar. Kemampuan yang merefleksikan keadaan yang tidak dapat dilihat
secara langsung oleh mata mutlak harus dimiliki oleh kaca spion.
Penempatannyapun harus memenuhi prinsip ergonomi, artinya dapat dengan jelas
menggambarkan situasi yang sesungguhnya.
Kemampuan
pandang pengemudi dapat dipengaruhi oleh lingkungan di sekitarnya. Misalnya
saja pada saat turun hujan, adanya kabut tebal,dan sebagainya. Terlebih lagi
pada malam hari, seringkali berpapasan dengan mobil dari arah berlawanan dengan
sinar (sorot) lampu yang tidak memenuhi standard. Untuk meningkatkan kemampuan
pandang dan memberikan tingkat ergonomi yang lebih baik, maka perlu dilakukan
beberapa perbaikan atau penambahan perlengkapan khusus. Cara yang dapat
ditempuh antara lain dengan memakai kaca depan dan bagian interior yang tidak
memantulkan sinar sehingga pengemudi tidak silau. Kemampuan pandang di malam
hari dipengaruhi oleh terangnya lampu dan arah penyinaran. Lampu jenis “halogen” dapat memberikan penerangan
yang lebih baik dibanding lampu biasa. Arah sinar lampu sebaiknya tidak terlalu
pendek atau terlalu tinggi. Masing-masing jenis kendaraan memiliki spesifikasi
(ukuran) arah sinar terhadap garis horisontal dan tergantung posisi lampu
terhadap permukaan tanah. Dengan arah sinar yang tepat akan memperbaiki
kemampuan pandang dan tidak mengganggu pengemudi dari arah yang berlawanan.
Berkurangnya kemampuan pandang akibat adanya kabut dapat diatasi dengan
menempatkan lampu kabut (lampu berwarna kuning). Sinar lampu kabut mampu
menembus kabut sampai beberapa meter sehingga dapat memperbaiki kemampuan
pandang saat terjadi kabut. Apabila hanya mengandalkan lampu depan untuk
menembus kabut, maka pengemudi akan merasa cepat lelah karena kemampuan pandang
berkurang.
Pada
saat hujan turun, kemampuan pandang terhalang oleh air hujan dan kabut (embun)
yang menempel pada dinding kaca depan dan belakang bagian dalam. Untuk (wiper) yang mampu mengikis air hujan.
Kecepatan gerak wiper
dapat disesuaikan dengan banyaknya air hujan yang menempel pada dinding kaca.
Untuk mobil-mobil mewah ada yang telah dilengkapi dengan pengatur otomatis
penggerak wiper dengan
interval waktu tertentu. Misalnya pada saat hujan gerimis, wiper dapat diatur gerakannya hanya
sesekali saja, namun saat hujan deras gerak wiper dapat dipercepat. Sebagai contoh seperti pada mobil Volks
Wagen telah menggunakan penghapus kaca yang terprogram. Pada kecepatan tertentu
kadang-kadang hanya diperlukan satu penghapus kaca, tetapi jika diperlukan
bantuan yang lain maka tinggal memijit tombol sekali lagi sehingga kedua wiper akan bekerja bersama-sama.
Untuk waktu penghapusan pun dapat diprogram ulang berapa waktu yang diperlukan.
INSTRUMEN
DAN PANEL YANG MUDAH DIBACA
Apabila
pengemudi menginginkan mengendarai mobilnya dengan aman, sebelumnya harus
mengerti bagaimana instrumen dan meter-meter bekerja. Di samping itu
perlengkapan tersebut harus akurat dan mudah dibaca. Untuk mengetahui kemampuan
pengemudi dalam membaca instrumen, dilakukan pengujian dengan menggunakan
metode EOG (Electro Ocolugraphy). Metode ini menggunakan
perangkat yang bentuknya seperti helm pengaman yang dipasang pada kepala
pengemudi. Dengan menggunakan dua elektrode yang ditempatkan di sekeliling
mata, maka dapat diketahui ukuran, terangnya suatu warna, dan posisi dari
meter-meter yang dikehendaki pengemudi.
Dari
hasil berbagai pengujian dikembangkan “dual vision meter“, yaitu salah
satu dari tipe meter yang mampu mengurangi waktu untuk melihat informasi yang
diberikan. Untuk memperbaiki kemampuan pandang biasa digunakan cara pemantulan
dari perangkat meter dengan menggunakan cermin. Cara tersebut sangat
menguntungkan karena mata tidak perlu memperbaiki fokus setelah membaca meter.
Kesan yang sama jauh dengan jarak pandang keluar diberikan oleh meter tersebut
sehingga sangat menguntungkan pada saat kendaraan berjalan dengan kecepatan
tinggi.
Hasil
pengujian menunjukkan, bahwa waktu yang diperlukan untuk membaca dan kembali ke
posisi pandang awal dengan pola meter dipantulkan dengan menggunakan dual meter
vision jauh lebih cepat sekitar 10%. Kecepatan ini dibandingkan dengan
pembacaan langsung tanpa pantulan. Dari hasil pengujian terhadap beberapa
pengemudi dengan cara pantulan, ternyata menghasilkan kecepatan yang sama dalam
pembacaan sehingga cara ini baik untuk mobil yang mampu bergerak cepat atau
saat melaju di jaan bebas hambatan (jalan tol).
Indikator
yang dianggap penting dapat diberikan lampu peringatan jika terjadi gangguan.
Misalnya indikator pengukur bahan bakar akan menyala bila menunjukkan angka
kritis (bensin hampir habis), demikian pula pengukur putaran mesin. Tekanan
pelumasan, pengukur kapasitas minyak rem dalam reservoir, indikator pengisian
baterai, juga penting untuk diberi tambahan lampu peringatan. Dengan demikian
pengemudi tidak perlu melihat angka instrumen, sehingga memudahkan bagi
pengemudi jika terjadi gangguan/kerusakan dalam sistem. Penentuan warna
pada panel/dashboard (tempat meter-meter) dan sekitar pengemudi
perlu mendapat perhatian dalam menciptakan lingkungan pengendalian yang
ergonomis. Susunan panel dengan warna hitam nampak lebih gelap dan mampu
mengurangi pantulan cahaya. Dengan cara ini, kelelahan pengemudi dapat
dikurangi terutama pada malam hari.
I. ANTROPOMETRI
Antropometri
menurut stevenson (1989) dan Nurmianto (1991) adalah satu kumpulan data numerik
yg berhubungan dgn karakteristik fisik tubuh manusia, ukuran, bentuk dan
kekuatan serta penerapan dari data tersebut untuk penanganan masalah desain.
1. UKURAN ANTROPOMETRI POSISI DUDUK
1. Tinggi badan posisi duduk :
2.
Pria : 864 mm
3.
Wanita : 834 mm
4. Tinggi bahu posisi duduk:
5.
Pria : 572 mm
6.
Wanita : 550 mm
7. Tinggi siku posisi duduk:
8.
Pria: 231 Wanita: 229 mm
9. Tinggi lutut:
10.
Pria: 496 mm Wnt:472
11. Tinggi lipat lutut:
Pria:403 mm Wnt:382
J. BIOMEKANIKA
Biomekanika adalah suatu bidang kajian dalamErgonomi yang
berhubungan dengan mekanisme pergerakan tubuh dalam melakukan suatupekerjaan/aktivitas.
Ø Franklin & Nordin (1980)
mendefinisikan biomekanika sebagai berikut:
Biomekanika menggunakan konsep fisika dan teknik untuk menjelaskan gerakan pada
bermacam-macam bagian tubuh manusia dan gaya yang bekerja pada bagian tubuh pada aktifitas
sehari-hari.
Biomekanika menggunakan konsep fisika dan teknik untuk menjelaskan gerakan pada
bermacam-macam bagian tubuh manusia dan gaya yang bekerja pada bagian tubuh pada aktifitas
sehari-hari.
Ø Chaffin (1991) membuat istilah
biomekanika kerja (Occupational Biomechanic) yang didefinisikan
sebagai berikut:
sebagai berikut:
Biomekanika kerja adalah studi mengenai interaksi pekerja
dengan peralatan, mesin dan material,
sehingga pekerja dapat meningkatkan performansinya dan di sisi lain dapat meminimalkan resiko
cedera kerja (muskuloskeletal)
sehingga pekerja dapat meningkatkan performansinya dan di sisi lain dapat meminimalkan resiko
cedera kerja (muskuloskeletal)
BAB III
STUDI KASUS
STUDI KASUS
A. Permasalahan
Ergonomi
Penanggulangan permasalahan ergonomi di setiap
jenis pekerjaan dapat dilakukan setelah mengetahui terlebih dahulu bagaimana
proses kerja dan posisi kerjanya. Di bawah ini akan diuraikan contoh masalah
ergonomi yang dapat timbul akibat ketidaksesuaian antara pekerja dan
pekerjaannya :
Perajin Kerupuk
Pekerjaan membuat kerupuk menggunakan bahan
baku: tepung tapioka, kanji, bahan tambahan pewarna dan penyedap. Hasil
produksinya berupa kerupuk yang siap dimakan.
Proses dan Posisi Kerja:
Proses dan Posisi Kerja:
1. Pembuatan adonan kerupuk
Tepung tapioka dalam karung
seberat 50 kg diangkat berdua dari tempat penampungan ke tempat pembuatan
adonan yang berjarak 2-8 meter. Bahan baku tersebut diaduk rata secara mekanis
selama 3-5 menit atau secara manual selama 7-10 menit. Selanjutnya adonan tersebut
diuleni kembali secara manual selama 2 menit untuk mendapatkan adonan homogen.
Posisi kerja
Proses menguleni adonan
dilakukan sambil berdiri dengan meja kerja permanen setinggi 70 cm yang terbuat
dari ubin/kayu dan berat adonan 6-8 kg.
2. Pencetakan
Selanjutnya adoanan yang sudah homogen tersebut dimasukkan ke dalam pencetak dan dimampatkan secara mekanis atau manual dan didapat keluaran berupa benang-benang adonan setebal 1 mm dari lobang pencetak, benang-benang adonan ditampung pada pencetak kerupuk sambil diputar-putar sehingga didapat bentuk yang bulat.
Posisi kerja :
Selanjutnya adoanan yang sudah homogen tersebut dimasukkan ke dalam pencetak dan dimampatkan secara mekanis atau manual dan didapat keluaran berupa benang-benang adonan setebal 1 mm dari lobang pencetak, benang-benang adonan ditampung pada pencetak kerupuk sambil diputar-putar sehingga didapat bentuk yang bulat.
Posisi kerja :
Pekerjaan pencetakan dilakukan
sambil duduk di lantai.
3. Pengkukusan
Kerupuk mentah tersebut segera dimatangkan dengan cara pengkukusan selama 5 – 10 menit dan setelah matang dipindah satu persatu dengan cara menjepit dengan jari-jari tangan ke tempat yang lebih besar untuk dijemur di luar ruangan. Pemindahan ke luar ruangan dilakukan dengan mengangkat tampah tersebut tinggi-tinggi dengan kedua tangan.
Posisi kerja :
Kerupuk mentah tersebut segera dimatangkan dengan cara pengkukusan selama 5 – 10 menit dan setelah matang dipindah satu persatu dengan cara menjepit dengan jari-jari tangan ke tempat yang lebih besar untuk dijemur di luar ruangan. Pemindahan ke luar ruangan dilakukan dengan mengangkat tampah tersebut tinggi-tinggi dengan kedua tangan.
Posisi kerja :
Pekerjaan memindahkan kerupuk
setelah selesai dikukus dilakukan pada posisi duduk di lantai / jongkok.
4. Penjemuran
Kerupuk dijemur. Setelah kering ditampung dalam keranjang plastik dengan berat per keranjang 17-20 kg untuk disimpan sementara menunggu untuk digoreng.
Posisi kerja : berdiri dengan tempat jemuran (para-para) yang terlalu rendah.
Kerupuk dijemur. Setelah kering ditampung dalam keranjang plastik dengan berat per keranjang 17-20 kg untuk disimpan sementara menunggu untuk digoreng.
Posisi kerja : berdiri dengan tempat jemuran (para-para) yang terlalu rendah.
5. Penggorengan
Kerupuk kering dalam keranjang dipindah ke tempat penggorengan yang berjarak 10 – 12 meter. Proses penggorengan kerupuk dilakukan dalam 2 tahap, dengan minyak dingin dilanjutkan dengan minyak panas.
Kerupuk kering dalam keranjang dipindah ke tempat penggorengan yang berjarak 10 – 12 meter. Proses penggorengan kerupuk dilakukan dalam 2 tahap, dengan minyak dingin dilanjutkan dengan minyak panas.
Posisi kerja :
Proses penggorengan dilakukan
dengan posisi berdiri dengan 2 penggorengan dan tinggi wajan 70 cm; selesai
digoreng kerupuk dikemas dalam kaleng besar. Aliran udara di bagian ini kurang
baik.
6. Pengemasan
Posisi kerja : proses pengemasan dalam posisi berdiri membungkuk.
Posisi kerja : proses pengemasan dalam posisi berdiri membungkuk.
B. Penanggulangan
Permasalahan Ergonomi
Aplikasi
ergonomi dapat dilaksanakan dengan prinsip pemecahan masalah; tahap awal adalah
identifikasi masalah yang sedang dihadapi. Hal ini dapat dilakukan dengan mengumpulkan
sebanyak mungkin informasi. Langkah selanjutnya adalah menentukan prioritas
masalah, masalah yang paling mencolok harus ditangani lebih dahulu. Setelah
analisis dikerjakan, maka satu atau dua alternatif intervensi harus diusulkan.
Pada pengenalan/rekognisi ada 3 hal yang harus diperhatikan, ketiganya
berinteraksi dalam penerapan ergonomi dengan fokus utama pada sumber daya
manusia
1.
Kesehatan
mental dan fisik harus diperhatikan untuk diperbaiki sehinggga didapatkan
tenaga kerja yang sehat fisik, rohani dan sosial yang memungkinkan mereka hidup
produktif baik secara sosial maupun ekonomi.
2.
Kemampuan
jasmani dapat diketahui dengan melakukan pemeriksaan antropometri, lingkup gerak
sendi dan kekuatan otot.
3.
Lingkungan
tempat kerja
-
Harus
memberikan ruang gerak secukupnya bagi tubuh dan anggota badan sehingga dapat
bergerak secara leluasa dan efisien.
-
Dapat
menimbulkan rasa aman dan tidak menimbulkan stres lingkungan.
4.
Pembebanan
kerja fisik
Selama bekerja, kebutuhan peredaran darah dapat
meningkat sepuluh sampai dua puluh kali. Meningkatnya peredaran darah pada
otot-otot yang bekerja, memaksa jantung untuk memompa darah lebih banyak.
Kerja otot dapat dikelompokkan menjadi dua
jenis yaitu:
-
Kerja
otot dinamik, ditandai dengan kontraksi bergantian yang berirama dan ekstensi,
ketegangan dan istirahat.
-
Kerja
otot statik, ditandai oleh kontraksi otot yang lama yang biasanya sesuai dengan
sikap tubuh. Tidak dianjurkan untuk meneruskan kerja otot statik dalam jangka
lama karena akan timbul rasa nyeri dan memaksa tenaga kerja untuk berhenti.
5.
Sikap
tubuh dalam bekerja
Sikap
tubuh dalam bekerja berhubungan dengan tempat duduk, meja kerja dan luas
pandangan. Untuk merencanakan tempat kerja dan perlengkapannya diperlukan
ukuran-ukuran tubuh yang menjamin sikap tubuh paling alamiah dan me-mungkinkan
dilakukannya gerakan-gerakan yang dibutuhkan. Pada posisi berdiri dengan
pekerjaan ringan, tinggi optimum area kerja adalah 5-10 cm di bawah siku. Agar
tinggi optimum ini dapat diterapkan, maka perlu diukur tinggi siku yaitu jarak
vertikal dari lantai ke siku dengan keadaan lengan bawah mendatar dan lengan
atas vertikal. Tinggi siku pada laki-laki misalnya 100 cm dan pada wanita
misalnya 95 cm, maka tinggi meja kerja bagi laki-laki adalah antara 90-95 cm
dan bagi wanita adalah antara 85-90 cm.
BAB IV
PENUTUP
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penerapan Ergonomi di tempat kerja bertujuan
agar pekerja saat bekerja selalu dalam keadaan sehat, nyaman, selamat,
produktif dan sejahtera. Untuk dapat mencapai tujuan tersebut, perlu kemauan, kemampuan
dan kerjasama yang baik dari semua pihak. Pihak pemerintah dalam hal ini
Departemen Kesehatan sebagai lembaga yang bertanggungjawab terhadap kesehatan
masyarakat, membuat berbagai peraturan, petunjuk teknis dan pedoman K3 di
Tempat Kerja serta menjalin kerjasama lintas program maupun lintas sektor
terkait dalam pembinaannya.
B. Saran
1. Pendekatan disiplin ergonomi diarahkan pada
upaya memperbaiki performansi kerja manusia seperti menambah kecepatan kerja,
accuracy, keselamatan kerja disamping untuk mengurangi energi kerja yang
berlebihan serta mengurangi datangnya kelelahan yang terlalu cepat. Disamping
itu disiplin ergonomi diharapkan mampu memperbaiki pendayagunaan sumber daya
manusia serta meminimalkan kerusakan peralatan yang disebabkan kesalahan
manusia (human errors). Manusia adalah manusia, bukannya mesin. Mesin tidak
seharusnya mengatur manusia, untuk itu bebanilah manusia (operator/pekerja)
dengan tugas-tugas yang manusiawi.
2. Pendekatan khusus yang ada dalam disiplin
Ergonomi ialah aplikasi yang sistematis dari segala informasi yang relevan yang
berkaitan dengan karakteristik dan perilaku manusia didalam perancangan
peralatan, fasilitas dan lingkungan kerja yang dipakai.
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah penulis
panjatkan ke hadirat Allah SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat dan
karunia-Nya kepada penulis sehingga sampai saat ini penulis selalu dapat
menjalankan aktivitas kehidupan sehari-hari dengan baik.
Dalam pembuatan Makalah ini,
penulis banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak, untuk itu pada
kesempatan ini Penulis mengucapkan
terima kasih kepada dosen pengajar dan teman-teman yang telah berperan serta
dalam pembuatan makalah ini.
Penulis juga menyadari bahwa
Makalah ini masih jauh dari sempurna baik dari segi materi yang penulis sajikan
maupun dari segi penulisannya. Untuk itu segala saran dan kritik yang bersifat
membangun sangat penulis harapkan untuk menambah wawasan penulis dan demi
perbaikan tugas-tugas yang akan datang.
Harapan penulis semoga Makalah ini
dapat bermanfaat terutama bagi penulis sendiri dan bagi pembaca pada umumnya.
Arga Makmur,
……………2012
ii
|
Daftar
isi
HALAMAN
JUDUL................................................................................................
KATA
PENGANTAR.............................................................................................. ii
DAFTAR
ISI............................................................................................................. iii
BAB
I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
1.1 LATAR
BELAKANG........................................................................................ 1
1.2 RUMUSAN
MASALAH................................................................................... 1
1.3 TUJUAN
PENULISAN..................................................................................... 2
1.4 METODE
PENULISA..................................................................................... 2
BAB
II PEMBAHASAN ........................................................................................ 3
2.1 DEFINISI
ERGONOMI.................................................................................... 3
2.2 TUJUAN,
MANFAAT, DAN RUANG LINGKUP ERGONOMI.................. 3
2.3 METODE
– METODE ERGONOMI................................................................ 4
2.4 PENYAKIT
DI TEMPAT KERJA YANG BERKAITAN DENGAN ERGONOMI
2.5 APLIKASI
ERGONOMI UNTUK PERANCANAGN TEMPAT KERJA..... 7
2.6 CONTOH
APLIKASI ERGONOMI............................................................... 9
BAB
III STUDI KASUS.......................................................................................... 16
3.1 PERMASAHAN
ERGONOMI.......................................................................... 16
3.2 PENANGGULANAGAN
PERMASALAHAN ERGONOMI........................ 17
BAB
IV PENUTUP.................................................................................................. 19
4.1 KESIMPULAN................................................................................................... 19
4.2 SARAN............................................................................................................... 19
DAFTAR
PUSTAKA ..............................................................................................
iii
|
DAFTAR PUSTAKA
Ø id.wikipedia.org/wiki/Ergonomika
Ø elearning.gunadarma.ac.id/docmodul/pengantar_teknik.../Bab_5.pdf
|
MAKALAH
ERGONOMI
Disusun
Oleh ;
atika anggriyani
FAKULTAS KESEHATAN
PRODI KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS RATU SAMBAN
ARGA MAKMUR – BENGKULU UTARA
|
|
Sempurnaa,,@Atika
BalasHapus...katanya 12 prinsip tapi cuma 11...jangan cuma copas...budayakan membaca biar jadi blogger masa depan.
BalasHapus